Cleopatra Stratan

Senin, 24 Mei 2010

GHITA

Hainita sta in cui
Afara soare nu-i
Nimic nu-i bun de cand
Ma gandesc la Ghita
Dar Ghita nu-i in sat
Eu m-am interesat
Imi pare ca-i plecat
Dupa granita...
Greu, tare mi-i de greu,
Vreau, da nu stiu ce vreau;
Stiu ca si tu ma placi
Spune, Ghita, ce tu taci?
Ori vina ori ti du
Ori spune da ori nu
Eu te rog nu ma-nerva
Ghita ce-i cu viata ta?

REFF:

Ghita, te-astept diseara la portita
Langa portita de la scoala
Vino da numa nu vini cum vii tu
De obicei cu mana goala
Cine te mai asteapta ca si mine
O seara intreaga numai pe tine.
Ghita, arata-mi tu o fata care
Sa te iubeasca asa de tare!

Contoh Parafrasa Puisi

Minggu, 23 Mei 2010

Mengapa Ini Semua Harus Terjadi....??

Hari ini cuaca sangat cerah, burung-burung bernyanyi dengan riang, dan daun-daun pun menari mengiringinya. Tapi cuaca yang cerah itu tidak secerah hati seorang lelaki yang duduk sendirian di kursi taman. Wajahnya tampak murung sambil terus memandangi kalung yang ia pakai. Kelihatannya ia sangat bingung. Apa gerangan yang terjadi pada lelaki yang memiliki wajah yang tampan ini sehingga mukanya murung di siang yang indah ini.

Refan Aldyan Putra, itu adalah nama lelaki yang sedang duduk menyindiri di taman. Lelaki yang sering dipanggil Efan ini sedang menghadapi suatu masalah yang sangat rumit dalam dunia percintaannya. Ega, seorang perempuan cantik dan pintar adalah kekasih Efan. Sudah beberapa minggu ini Efan tidak dapat menghubungi Ega. Ini adalah masalah yang membuat lelaki tampan ini murung. Efan sudah mencoba seribu satu cara untuk menemui pujaan hatinya. Ia sudah mendatangi kampus Ega, menanyakan keberadaan Ega kepada teman-temannya, sampai mendatangai rumah kekasihnya tersebut. Tapi sayangnya rumah yang dulu ditempati kekasihnya itu telah kosong. Itu semua membuat hati Efan semakin sakit. Ia sangat menyayangi dan memcintai Ega karena Ega adalah cinta pertamanya dan hanya Ega yang bisa mengerti segala hal mengenai dirinya.

Ternyata nyanyian dan tarian dari burung-burung dan daun-daun disekelilingnya tidak mempengaruhi suasan hatinya. Sambil duduk menyendiri Efan sedang memikirkan suatu hal. Ia bertanya-tanya dalam hati mengapa ketika ia ingin bertanya perihal keberadaan Ega kepada teman maupun sahabatnya selalu saja menghindar dari dirinya. Seolah-olah mereka sedang menyembunyikan keberadaan Ega. Hal ini semakin membuat Efan bingung. Sepanjang hari ia memikirkan hal itu. Ia mulai menduga-duga hal apa yang kira-kira terjadi pada Ega kekasihnya.

Tak terasa matahari sudah tiga jengkal lagi akan menyelinap di balik gunung. Gumpalan awan merayap dan menari membayangi langit yang berwarna jingga. Itu adalah pemandangan sore yang sangat indah. Efan pun segera beranjak dari tempat duduknya dan segera pergi meninggalkan taman yang indah itu. Sebuah taksi pun mengantarkan ia sampai di depan rumahnya. Sesampai dirumah ia segera membersihkan tubuhnya dan makan malam. Kakaknya yang keheranan melihat tingkah lakunya pun akhirnya berkata,

Setelah itu, ia pun langsung masuk ke kamarnya. Rio, sang kakak pun keheranan melihat tingkah laku adik kesayangannya tersebut. Tapi ia tidak mau mencampuri masalah adiknya, ia berpikir bahwa sudah saatnya Efan dapat mengatasi masalahnya sendiri tanpa campur tangan orang lain. Di kamar, Efan langsung membaringkan tubuhnya dikasur sambil memegangi kalung yang berbentuk separuh hati yang dibelakangnya ada inisial nama mereka berdua. Kalung ini merupakan salah satu saksi mata perjalanan cinta mereka. Kalung ini apabila disatukan dengan kalung yang dimiliki Ega akan menjadi bentuk hati yang sangat sempurna. Mereka berdua selalu memakainya karena itu adalah benda yang sangat berarti.

Malam yang indah, bintang-bintang indah bertaburan di angkasa, bulan pun bersinar dengan terangnya seolah-olah tidak mau kalah dengan sinar bintang. Tiba-tiba Efan mengambil secarik kertas dari atas meja belajarnya dan ia pun mulai merangkai kata-kata yang indah diatas kertas tersebut. Ia mencurahkan segala isi hatinya, perasaaannya, serta kerinduannya melalui kata-kata yang indah. Itu semua dilakukan untuk meluapkan isi hatinya yang selama ini ia pendam. Padahal, sewaktu Ega bersamanya ia selalu curhat kepada kekasihnya tersebut dan Ega pun tak jarang memberikan solusi-solusi kepada pacarnya itu. Mereka berdua adalah pasangan yang serasi dan saling melengkapi. Setelah menulis surat yang berisi luapan perasaannya, Efan pun memasukkan sepucuk surat tersebut ke dalam sebuah amplop biru. Ia berharap esok hari ia dapat bertemu dengan Ega dan menyerahkan surat tersebut.

Keesokan harinya, setelah pulang kuliah Efan menemui sahabat-sahabat Ega di tempat mereka biasa berkumpul. Tak bosan-bosannya ia selalu menanyakan keberadaan Ega dan seperti biasa Efan tidak mendapat jawaban yang pasti. Akhirnya ia pun pergi meninggalkan tempat itu karena tidak mendapat jawaban atas pencariannya selama ini. Namun, ada seorang wanita berambut panjang datang menghampiri Efan yang sedang dalam kebingungan itu. Wanita itu adalah Fanya, sahabat dari Ega. Fanya adalah sahabat Ega sejak masih SMA.

Fanya pun menarik tangan Efan dan mengajaknya ke tempat yang sepi. Efan pun kebingungan melihat sikap Fanya dan ia ingin bertanya apa maksud dari ini semua. Tapi sebelum ia bertanya, Fanya langsung memberitahu bahwa Ega sedang menjalani perawatan di salah satu rumah sakit yang ada di Singapura. Efan pun tersentak kaget seketika itu juga ia langsung lemas. ”Kenapa loe baru kasih tahu gue sekarang sih, Fan? Loe kan tahu kalau gue itu udah lama nyariin dia. Tega banget sih ma temen sendiri,” kata Efan dengan sedikit emosi. Fanya pun langsung menjelaskan mengapa ia berbuat demikian katanya, ” Sebenarnya gue dah lama mau kasih tahu loe, tapi gue selalu dilarang ma Ega. Dia takut kalau loe tu khawatir ma keadaannya dan loe gak ngurusin kuliah loe lagi. Jadi, dia nyuruh kita semua supaya gak usah ngasih tahu keberadaannya ma loe.” Efan pun hanya bisa terdiam dan menunduk kepala sambil merasa bersalah. ” Sebenarnya Ega sakit apa, Fan?’’, tanya Efan. Fanya pun menjawab dengan nada yang serius, ”Dia menderita penyakit sirosis, sebenarnya dia udah lam kena penyakit ini tapi dia gak pernah cerita ma orang lain teermasuk ortunya. Sekitar beberapa minggu yang lalu ketika penyakitnya udah parah dia baru ngasih tahu ortunya. Ortunya pun langsung bawa dia ke Singapura untuk berobat. Loe udah lama kan ngeliat dia sering minum obat?” Efan pun mulai teringat masa-masa sewaktu ia masih bersama Ega, Ega memang memiliki kebiasaan meminum obat setipa hari, ketika ditanya itu obat apa dia selalu menjawab kalau yang diminumnya adalah semacam vitamin untuk menjaga kesegaran tubuhnya. Awalnya, Efan tidak terlalu memperdulikanya tapi lama-kelamaan Efan mulai curiga itu obat apa. Ia pernah mencoba untuk mengambil obat itu agar ia dapat mengetahui obat apa itu sebenarnya. Namun sayangnya, ia hampir ketahuan oleh Ega. Ia pun tidak mau mengecewakan Ega karena lancang mengambil obatnya.

’’Gimana keadaan Ega sekarang?” tanya Efan. ”Gue kemarin baru ditelpon ma ortunya, mereka bilang kalau keadaan Ega makin parah, tiap minggu dia harus cuci darah. Ortunya udah bingung harus mau gimana lagi. Mereka udah gak tahu mau ngobatin Ega dengan cara apa lagi. Sejak mereka tahu kalau Ega sakit mereka langsung pergi ke Singapura makanya rumah Ega yang sekarang gak di tempati. Orang tuanya memutuskan untuk pindah ke Singapura untuk mengurusi Ega. Kebetulan di Singapura ada tantennya Ega yang berprofesi sebagai dokter.Sori ya, gue baru ngasih tahu loe sekarang. Gue gak tega ngeliat loe kayak orang stres terus nyariin dia.” Efan pun terdiam dan tak lam kemudian ia membuka tasnya dan mengeluarkan sebuah surat dan sebuah kotak berwarna ungu. ”Gue boleh minta tolong gak ma loe?” tanya Efan. Fanya pun menjawab, ” Tentu boleh dong, memangnya ada apa?”tanya Fanya. Akhirnya, Efan pun menceritakan semuanya kepada Fanya selesai bercerita ia menitipkan surat dan kotak yang ia bawa tadi kepada Fanya untuk diberikan kepada Ega. Ia berharap kalau Ega bisa baca suratnya dan menerima kotak yang ia berikan. Fanya pun menerima kotak dan surat tersebut dan ia berencana untuk langsung memberikannya kepada Ega.

Besoknya, Fanya pun berangkat ke Singapura. Sebenarnya, ia sudah lama berncana untuk menjenguk keadaan sahabat karibnya tersebut tapi ia belum mendapat kesempatan. Namun pada hari itu ia beruntung, Pamannya yang sudah selesai berlibur ingin pulang ke Singapura untuk kembali menjalankan tugasnya sebagai salah satu staff kedubes Indonesia di Singapura. Fanya pun ikut pergi ke Singapura bersama pamanya.

Sesampainya disana Fanya langsung peergi ke rumah sakit tempat Ega dirawat. Namun, setibanya ia disana ia mendapatkan sebuah kenyataan yang pahit bahwa Ega telah meninggal dunia sejam sebelum Fanya datang menjenguknya. Fanya pun tersentak kaget ketika diberitahu oleh ibunda Ega yang sangat terpukul atas kepergian Ega dan seketika itu juga badanya menjadi lemas. Ia tidak percaya kalau sahabat karibnya sejak kecil telah menghadap ke surga. Ia merasa sangat bersalah karena belum bisa memberikan titipan Efan kepada Ega. Tanpa pikir panjang lagi ia langsung menelpon Efan. Fanya berusaha mengatakan apa yang telah terjadi kepada Ega dengan sangat hati-hati kepada Efan. Ia takut Efan tidak menerima kepergian Ega. Fanya pun memberitahu bahwa Ega telah pergi. Efan pun langsung terdiam membisu, ia tidak bisa berkata apa-apa. Ia ridak percaya bahwa kekasih yang sangat ia cintai telah pergi untuk selamanya. Fanya berkata bahwa ia dan keluarga Ega akan pulang ke Indonesia penerbangan pertama besok.

Perasaan Efan sangat kacau balau, ia tidak tahu harus berbuat apa lagi sekarang. Ia pun memeberitahukan kepada teman dan sahabat-sahabat Ega bahwa Ega telah tiada untuk selamanya. Mereka semua mengucapkan turut berbelasungkaawa atas kematian Ega. Besoknya, Efan pergi ke bandara untuk menjemput Ega dan keluarganya. Ketika perjalanan menuju kerumah Ega, Efan hanya bisa duduk disamping peti mati Ega. Ia sangat tererpukul sekali atas kepergian Ega. Ketika saesampainya dirumah Ega, bendera kuning dan tenda putih menyambutnya. Disana sedang berkumpul para keluarga dan sahabat-sahabat Ega. Mereka sanagat kaget mendengar kematian Ega yang secara tiba-tiba. Mereka sangat kehilangan sosok wanita yang pintar dan baik hati.

Hari itu gang menuju rumah Ega dipadati oleh pelayat yang ingin melihat jenazah Ega untuk terakhir kalinya. Efan hanya bisa duduk terdiam disamping peti mati Ega. Ia ingin berada disamping Ega untuk terakhir kalinya sebelum Ega benar-benar telah pergi. Fanya yang melihat keadaan Efan hanya bisa menghibur Efan semampunya karena ia tahu bahwa sangat berat melepaskan orang yang kita cintai. Efan sangat menyesal karena ia tidak da disaat-saat terakhir Ega. Ia merasa ia adalah orang yang sangat bodoh. Untuk terkhir kalinya ia melihat Ega ia memberikan sebuah kecupan terakhir di kening Ega sebelum Ega dimakamkan. Ditempat duduknya ia menyesali yang telah terjadi dan ia pun hanya bisa berkata, ” Mengapa ini semua harus terjadi ? Mengapa Tuhan harus memanggil orang yang sangat aku cintai ketika aku sangat membutuhkannya. Mengapa.....mengapa Tuhan....?”

--------------- 000 ---------------